Pengertian Historiografi Kolonial dan Contohnya

Pengucapan sejarah memiliki dua makna yang bisa memperbedakan sejarah dengan tulisan sejarah. Sejarah dalam makna obyektif, ialah peristiwa riwayat yang sebetulnya. Berlangsung cuma sekali serta berbentuk unik (History of Actuality). Riwayat dalam makna subyektif adalah deskripsi atau narasi dan tulisan mengenai satu peristiwa (History as Written atau Historiografi). 

Dari pojok etimologis, sebelumnya datang dari bahasa Yunani: Historia serta Grafein. Historia bermakna penyidikan mengenai tanda-tanda alam phisik (Physical Research), sedang kata Grafein bermakna deskripsi, lukisan, tulisan atau rincian (discription). Dengan begitu dengan harafiah historiografi bisa disimpulkan menjadi rincian atau tulisan mengenai hasil riset tentang tanda-tanda alam.

Akan tetapi dalam perubahannya historiografi pun alami pergantian. Perihal ini dikarenakan beberapa sejarawan merujuk pada pemahaman historia, menjadi satu usaha tentang riset ilmiah yang condong mengarah pada aksi manusia di waktu lampau.

Baca juga: Pengertian Historiografi Modern

Pengertian Historiografi Kolonial

Pada saat penjajahan atau waktu kolonial membuahkan banyak tulisan-tulisan yang berlainan dengan tulisan-tulisan pada saat awal mulanya. Historiografi kolonial merupakan produk tulisan riwayat Indonesia saat dibawah pemerintahan Kolonial Belanda serta adalah antitesis riwayat tradisionil yang sudah berkembang awal mulanya (Warto: 9). 

Sama juga dengan hal itu, historiografi kolonial adalah tulisan riwayat yang mengulas permasalahan penjajahan Belanda atas bangsa Indonesia. Tulisan itu dikerjakan oleh beberapa orang Belanda serta banyak diantara penulis-penulisnya yang belum pernah lihat Indonesia, sumber-sumber yang dipakai ialah dari arsip negara di negeri Belanda serta di Jakarta, akan tetapi biasanya tidak memakai atau lebih menggabaikan sumber-sumber Indonesia. 

Historiografi Kolonial ialah tulisan riwayat Indonesia yang ditulis untuk kebutuhan serta lewat cara pandang kolonial Belanda atau lebih berbentuk Eropasentris atau Nearlandosentris. Seperti yang di ungkapakan (Kartodirdjo: 25), “Telah banyak kupasan-kupasan mengenai pandangan historiografis riwayat yang tradisionil serta kesemuanya mengutamakan ciri yang menonjol, adalah Nederlandosentrisme terutamanya serta Eropasentrisme pada umumnya”. 

Salah satunya perubahan terpenting dalam tulisan riwayat di Indonesia yang ke arah pada bentuk historiografi yang modern ialah tulisan riwayat yang di catat oleh orang Belanda. Satu team yang terbagi dalam beberapa pakar riwayat serta didapati Dr. FW. Stapel. Judul buku riwayat yang di catat itu yakni Geschiedenis Van Nederlandsch Indie (Riwayat Hindia Belanda), baca; Ciri-Ciri Historiografi Kolonial

Buku yang di catat oleh stapel itu semakin banyak bercerita peranan penjajah Belanda di Indonesia. Penjajah Belanda adalah subyek atau pemeran penting dalam narasi riwayat. Sedang bangsa Indonesia hanya adalah objek dari narasi riwayat. Bangsa Belanda adalah pemilik daerah jajahan, orang yang perlu di pertuan, sedang bangsa Indonesia merupakan abdi buat bangsa Belanda. Aksi aksi bangsa Indonesia yang bertentangan dengan penjajah Belanda dipandang seperti pemberontak. 

Beberapa tokoh terpenting dari orang Belanda dikira menjadi orang besar, sedang tokoh tokoh bangsa Indonesia yang dikira menjadi pahlawan, dipandang seperti orang buruk, jahat serta tetap berkaitan dengan narasi negatif yang lain. Contohnya dikisahkan bagaimana kompeni terasa kehilangan besar saat J.P. Coen seseorang Gubernur Jendral wafat. Ia dikuburkan lewat cara penguburan yang besar. 

Saat akan dikuburkan, rakyat betawi mengusungnya. Contoh demikian sebaliknya ialah narasi tentang Sultan Banten. Dikisahkan jika Sultan Ageng Tirtayasa ialah seseorang yang cerdas, arif serta patuh menjalankan agama islam, tetapi di balik itu semua dikisahkan jika ia mempunyai tingkah laku yang bengis, hatinya buruk, selama-lamanya memusuhi kompeni serta ingin memajukan Banten serta ingin memusnahkan beberapa orang Betawi Jakarta. 

Rincian tulisan riwayat yang demikian itu seperti yang di catat oleh stapel, dimaksud dengan pendekatan tulisan yang Nederlandosentris. Pendekatan ini bermakna tulisan riwayat yang disaksikan dari pojok Belanda. Buku yang ditulis stepel itu bukan adalah riwayat Indonesia, tapi adalah satu tulisan riwayat penajajahan Belanda atau riwayat Belanda di negeri jajahan.

Sebab tulisan riwayat yang lebih tampilkan orang Belanda jadi dalam tulisan itu, orang Belanda seolah bisa menjadi subyek dalam narasi riwayat. Bangsa Indonesia diketahui menjadi golongan pribumi. Panggilan ini lebih memberikan jika Indonesia bukan dipandang sebgai bangsa, serta tidak mempunyai satu negara. Serta posisi bangsa Indonesia dipandang seperti pelayan buat beberapa orang Belanda. 

Tulisan riwayat yang Nederlandsentris dalam perubahan lalu banyak memperoleh kritikan. Nederlandsentris tidak bisa tampilkan bangsa Indonesia atau tulisan yang berdasar pada nasionalisme bangsa Indonesia. Tulisan riwayat yang lebih menonjolkan peranan bangsa Indonesia atau Indonesiansenris adalah bentuk dari dekolonisasi pada historiografi, berarti pelepasan tulisan riwayat dari penjajahan Belanda. 

Tidak bisa dipungkiri, bawa serta historiografi ikut menguatkan proses naturalisasi historiografi Indonesia. Lepas dari beberapa objektivitas yang menempel pada tulisan penulisan sejarawan kolonial, biasanya deskripsinya berorentasikan fakta-fakta serta peristiwa kejadian, misalnya dalam riwayat VOC mengenai yang berkaitan dengan pelayaran, perdagangan serta peperangan menantang raja-raja. Kekayaan akan fakta-fakta benar-benar menyolok. Jika dalam skema historiografi tradisionil kedatangan bangsa Belanda di Indonesia handaklah diterangkan dengan memitologisasikan, seperti cerita baron sakender, riwayat (dengan) tehnis kita akan melawannya dengan gawat dengan sendirinya selektif. 

Historiografi kolonial dengan sendirinya menonjiokan peranan bangsa Belanda serta memberikan teks pada segi politis, ekonomis serta institusional. Perihal ini adalah perubahan dengan rasional dari keadaan kolonial dimana tulisan riwayat dari kelompok yang menguasai bersama lembaga-lembaganya. Interprestasi dari jaman kolonial condong untuk bikin mitologisasi dari dominasi itu, dengan menyebutkan perang-perang kolonial menjadi usaha pasifikasi beberapa daerah, yang sebenarnya membuat perlawanan untuk survival penduduk dan kebudayaannya. 

Jika kita mengingat jumlahnya perlawanan saat era 19, baik yang berbentuk dalam taraf besar seperti perang padri serta perang di negara atau perang Aceh, atau ataupun yang bersekala kecil, yang oleh rakyat pun di ucap rusuh atau brandalan, seperti pemberontakan Cilegon, Gedangan, Jambi, Cimareme, jadi apakah dimaksud pax Neerlandica lebih adalah mitos dibanding fakta riwayat.

Riwayat perang kolonial itu terpenting menguraikan pelbagai operasi militer dengan mendalam. Tengah bangsa Indonesia cuma dikatakan sebagai objek dari tindakan militer Belanda, tidak diterangkan organisasi intern dari pemberontakan itu, siapa serta termasuk juga kelompok apa kelompok itu, dan apa yang sebenarnya jadi maksudnya. 

Sama dengan namanya yakni riwayat kolonial, jadi sebetulnya kuranglah pas jika dimaksud dengan tulisan riwayat Indonesia. Lebih pas disebagai riwayat Bangsa Belanda di Hindia Belanda (Indonesia) kenapa demikian, perihal ini tidak mengherankan karena konsentrasi perbincangan ialah bangsa Belanda, bukan kehidupan rakyat atau debut bangsa Indonesia di waktu penjajahan Belanda. 

Itu karakter inti dari Historiografi Kolonial adalah Eropasentris atau Belandasentris yang dibentangkan atau di jabarkan dengan panjang lebar di kegiatan bangsa Belanda, pemerintahan kolonial, kegiatan beberapa pegawai kompeni (beberapa orang kulit putih) seluk beluk pekerjaan beberapa gubernur jenderal dalam menjalankan aktivitasnya ditanah jajahan, serta meremehkan semua kegiatan, peristiwa yang dihadapi oleh rakyat serta Bangsa Indonesia.

Baca juga: Pengertian Historiografi

Historiografi kolonial banyak di pengaruhi kebiasaan tulisan riwayat di Eropa era ke-19 dibawah tokoh Leopold von Ranke, yang dikira menjadi “bapak” historografi modern”. Historiografi kolonial yang bersadar pada sumber-sumber arsip sah negara memengaruhi konstruk riwayat yang didatangkan. Beberapa sejarawan riwayat kolonial seutuhnya mengandalakan studi arsip sah yang dikumpulkan oleh pemerintah Kolonial Belanda yang sejumlah besar adalah laporan beberapa petinggi baik dipusat ataupun di daerah. Gampang disangka jika laporan-laporan sah itu condong diatur untuk menyenangkan atasan serta di manupulasi untuk kebutuhan karier mereka semasing.

Previous
Next Post »

ConversionConversion EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Thanks for your comment